Saturday, April 15, 2017

#JurnalKejujuran seri 3 : Akibat

Ada api ada asap
Ada aksi ada reaksi (jadi inget fisika,wkwk)
Ada sebab ada akibat.
Ada Jika ada Maka (?)

Ya, JIKA kita dibohongi kemudian tau kebenarannya dan sadar ternyata kita dibohongi, MAKA kita akan kecewa, setuju? Oke.

Setiap ketidakjujuran punya kadar yang berbeda-beda, ada dari hal kecil sekali, kecil, sedang, besar dan sangat besar. Simplenya dari level rendah sampai level tinggi 
Dan tentunya itu berbanding lurus dengan tingkat kekecewaan yang ditimbulkan beserta kadar 'traumanya'.

Jadi misalnya seseorang dibohongi tentang hal kecil, tentang jam keberangkatan ketika janjian untuk bertemu di suatu tempat. 
Si A menelpon si B.
A: dah berangkat? Sekarang dimana?
B: udah kok, ni dah di jalan.
(Padahal si B masih siap-siap di rumahnya)
Selang beberapa menit si A menelpon kembali si B karena ingin meminta si B mampir ke minimarket di jalan untuk membelikan sesuatu.
A: Hallo,Dah dimana? Dah lewat minimarket belum?
C: maaf kak ini si C adik si B, si B masih di kamar mandi.
A: hah?? O..oke. (kemudian si A jadi bete )

Dari situ si A sadar klo ternyata dia sudah dibohongi sama si B. Mungkin klo pertemuan mereka hanya untuk hal-hal santai misalnya hangout,main,ngeMall dll mungkin komen si A "ah dasar si B, blum jalan kok ngaku dah jalan ckck". Klo pertemuan mereka untuk urusan penting seperti urusan bisnis, meeting dengan client? Bisa gajadi tuh bisnisnya. Atau janjian untuk ketemu di bandara? Klo telat ya bisa hangus tiketnya, mending klo masih penerbangan domestik tiketnya masih terjangkau, klo penerbangan luar negeri selain asia tenggara? Ya jauh lebih muahaaall 
Salahnya jadi double tuh, udah bohong, lelet, terus ngerugiin diri sendiri dan orang lain hadeeuuh -,-

Nah, dari situ, selain timbul efek kecewa, akan ada efek 'trauma', jadi next time ketika mereka janjian untuk ketemuan lagi, si A sudah punya prasangka duluan terhadap si B "ah paling dy telat lagi", atau pas telponan:
A: kamu dimana?
B: ini dah di jalan
A: bener dah jalan? Mana suara jalanannnya?
B: ya ampun beneran ini lagi di jalan, lagi lampu merah nih.
A: Video call coba
B: tuh tuh liat kan dah di jalan?
A: hoo..oke haha

Ya, itu resiko, klo dah bohong sekali ya pasti mau tidak mau orang yang pernah dibohongi akan punya rasa lebih 'waspada' terhadap si pembohong.

Yap, itu bisa dibilang contoh ringan..
Nah klo ketidakjujuran dalam hal besar? Ya pastinya efek kecewa serta efek 'trauma'-nya akan lebih besar, kurang lebih polanya sama seperti contoh tadi..

Contoh kasus lain:
Klo dalam sebuah rumah tangga, misal seorang suami yang berbohong soal jam pulang kerja, dia bilang sudah pulang dan lagi di jalan, nyatanya berjam-jam tidak sampai rumah, ternyata mampir kemana..
Seorang suami yang bilang ke istrinya ada meeting di luar kota tapi ternyata tidak ada meeting, lalu kemana?
Seorang suami yang bilang katanya kerja dan pergi ke kantor tapi ternyata tidak ada di kantor bahkan berminggu-minggu tidak ada di kantor..
Parahnya, ketika ditanya, si suami tidak pernah memberikan penjelasan secara benar dan jelas, malah mungkin menambahinya dengan kebohongan lain (cape deh -,-)
Efeknya? Si istri pasti akan kecewa,  rasa kepercayaan berkurang bahkan jika dilakukan berulang terus-menerus maka kepercayaan akan hilang bahkan bukan tidak mungkin si istri akan meminta cerai. (Oke ini terlalu jauh keluar topik, di seri mendatang mungkin akan dibahas )

Lanjut..
Misal dalam sebuah perusahaan, ada karyawan yang tidak jujur soal keuangan, dia korupsi atau memanipulasi kwitansi atau laporan keuangan..
Atau ia memanipulasi jam kehadiran kantor dengan menyuap petugas absensi agar jam kedatangannya menjadi selalu tepat waktu padahal ia selalu telat..
Nah, jika semua itu ketahuan, maka efeknya?
Kena SP dari perusahaan, mengecewakan rekan kerja dan atasan, kehilangan kepercayaan dari rekan kerja juga atasan, bahkan bisa saja dipecat jika hal itu dilakukan secara berulang..

Seperti yang dibahas di seri sebelumnya, kebohongan memang bisa menyelamatkan atau menguntungkan sementara, tapi merugikan selamanya..

Oia, kira-kira kenapa ya seseorang bisa dengan mudah dibohongi?
Terutama dibohongi dalam hal yang tidak ringan alias serius..hmm
Tergantung situasi dan kondisi sih..

Bisa jadi karma, itu jika si korban pernah melakukan kebohongan besar juga..
Tapi klo tidak?
Mungkin dia terlalu tulus, polos atau terlalu baik hati (dan rajin menabung) mungkin, menganggap semua orang itu baik 
Atau bisa jadi selain polos, mungkin kurang waspada juga dengan pengalaman masa lalu..
contohnya?
Misal, ketika seseorang sedang mengalami guncangan hebat atau shock berat karena telah dibohongi oleh orang terdekatnya. Setelah orang terdekatnya itu berhasil ia tinggalkan, ia malah bertemu lagi dengan orang yang kebetulan tingkat kelihaian dalam berbohongnya lebih tinggi (parah), sebut saja si B, seolah-olah apa yang si B katakan dan ceritakan adalah fakta, bahkan si korban menceritakan bahwa ia punya pengalaman dibohongi oleh orang terdahulu. Lalu si B tiba-tiba menjadi sosok yang seolah-olah sebagai penawar dari kekecewaan si korban di masa lalu. Kemudian si korban pun percaya dan tanpa sadar ia sudah terjerat masuk ke dalam kebohongan yang dibuat oleh si B. Kemudian pada suatu hari terbongkarlah bahwa si B adalah pembohong besar 
Bagaiamana psikologis si korban??
kecewa, marah, kesal dan merutuki kelengahannya yang bisa percaya pada si B..bahkan traumanya malah bertambah 
Ya..mungkin juga itu sebagai bentuk ujian dari-Nya.. si korban sengaja dipertemukan dengan si B agar kewaspadaannya semakin terlatih, daya tahan mentalnya lebih terbangun lagi *tsaah 

Pernah denger ga sih? Klo kehadiran manusia yang satu bagi satu manusia yang lain terkadang atau bahkan sering sebagai ujian?
Simplenya, Allah memberi kita ujian melalui orang lain..

Oia, jadi mohon maaf ya jika kehadiran saya pernah menjadi perantara ujian dariNya 

Soal ujian, insyaAllah ga akan melebihi dari kemampuan kita sebagai hambaNya, Allah kasih ujian ke kita sesuai takarannya..

"Manusia itu tempat salah dan lupa"
Jadi, klo dilihat dari sisi lain,
Si korban dan si pembohong sama-sama salah.
Si korban terlalu lengah dan mudah percaya dan kurang belajar dari pengalaman di masa lalu.
Dan si Pembohong sangat lebih salah lagi, itu menurut saya, heheh

Jadi kesimpulannya, akibat tidak jujur itu...
- berdosa
- mengecewakan orang lain
- merusak psikis si korban (kebohongan tingkat berat)
- tidak dipercaya lagi

Smoga bisa jadi pengingat ya..

Sampai bertemu di seri selanjutnya

shanin
Jakarta, 15 April 2017

No comments:

Post a Comment

Thank You ^_^